Indonesia menargetkan upaya pengurangan emisi karbon dari berbagai sektor. Komitmen ini untuk menekan dampak perubahan iklim dan menjaga kelestarian Bumi. PT Midi Utama Indonesia atau Alfamidi pun ikut berkontribusi mengurangi emisi karbon di Indonesia. Ritel modern di Indonesia ini telah membangun dan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di sejumlah warehouse dan gerainya di berbagai cabang. Kini, Alfamidi pun mampu mereduksi karbon dioksida (CO2) mencapai 249,76 ton dari lima PLTS yang sudah beroperasi.
Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang Alfamidi lakukan ini selain mampu mengurangi emisi karbon juga dapat mengefisiensikan penggunaan listrik khususnya di warehouse dan gerai-gerai Alfamidi Super. Pembayaran listrik diakui menempati biaya pengeluaran terbesar ketiga dalam operasional Alfamidi.
Direktur Property and Development Alfamidi Lilik Setiabudi mengatakan, pembangunan PLTS ini salah satu bentuk dukungan Alfamidi terhadap gerakan pemerintah menuju Indonesia bebas emisi karbon tahun 2060.
“Hal ini juga sebagai salah satu target efisiensi penggunaan listrik khususnya di warehouse dan gerai-gerai Alfamidi Super,” kata Lilik.
Hingga awal September 2024, lima PLTS Alfamidi yang sudah beroperasi itu berada di Toko Alfamidi Super Suvarna Sutera, Tangerang berkapasitas 74,25 kilo Watt peak (kWp), Warehouse Palu 41,44 kWp, Warehouse Boyolali 207 kWp. Lalu Toko Alfamidi Super Teluk Naga kapasitas 90,09 kWp dan Toko Alfamidi Super Kuta Bumi 90,09 kWp.
PLTS Alfamidi Super Suvarna Sutera, Tangerang yang terbangun tahun 2023 dengan nilai investasi Rp 1,1 miliar mampu mereduksi 48,25 ton CO2 dan menghemat pembayaran listrik 41,55 persen per bulannya. PLTS Alfamidi cabang Palu terbangun tahun 2021 dengan nilai investasi Rp 742,5 juta mampu mereduksi 190,81 ton CO2 serta penghematan pembayaran listrik 9,03 persen per bulannya.
Selanjutnya, untuk PLTS cabang Boyolali yang baru saja beroperasi di tahun 2024 dengan investasi Rp 2,63 miliar mampu mereduksi 10,7 ton CO2 dan menghemat pembayaran listrik hingga 28,10 persen per bulannya. Sementara dua PLTS lainnya yakni PLTS Alfamidi Super Teluk Naga dan Kutabumi, Tangerang baru beroperasi, sehingga penghitungan total pengurangan emisi dan penghematan listriknya masih berjalan.
Dari pengoperasian sejumlah PLTS itu, Alfamidi mampu mereduksi total emisi sebesar 249,76 ton CO2. Upaya Alfamidi ini tentu mendukung program green energy yang Pemerintah Indonesia canangkan.
Nantinya, PLTS di Warehouse Palu akan diperbesar (upsize) sehingga harapannya dapat meningkatkan efisiensi dan penghematan listrik di tahun 2025.
“Saat ini pemerintah sedang fokus dalam pengembangan PLTS dalam proses switching dari sumber energi tidak dapat diperbarui menjadi sumber energi yang dapat diperbarui. Sehingga gerakan Alfamidi mengikuti program tersebut sudah bisa ditetapkan sebagai perusahaan green energy,” tutur Lilik Setiabudi.
Ekspansi PLTS
Selanjutnya Alfamidi pun menargetkan dapat mengekspansi pemasangan PLTS ke seluruh warehouse dan Alfamidi Super. Harapannya di tahun 2026, warehouse dan toko Alfamidi Super seluruh Indonesia sudah terintegrasi PLTS. Selain lima PLTS yang sudah beroperasi, Alfamidi juga sedang menyiapkan beroperasinya empat PLTS di Warehouse Medan (184 kWp), Palu (151,4 kWp), Makassar (184 kWp), dan Manado (184 kWp).
Untuk sembilan toko (gerai) Alfamidi Super yang dalam proses persiapan pengoperasian PLTS, yakni Toko Alfamidi Super Limo (74,42 kWp), Cilebut (74,42 kWp), Adam Malik (70,15 kWp), Cipayung (74,42 kWp). Kemudian Alfamidi Super Metland (74,42 kWp), Penggilingan (74,42 kWp), Ciantra (74,42 kWp), Tenjo (74,42 kWp) dan Alfamidi Super Kelapa Dua (30,50 kWp).
“Harapannya di tahun 2025 Alfamidi dapat terus melanjutkan gerakan green energy di semua gerai atau toko Alfamidi Super khususnya,” imbuh Lilik Setiabudi.
Alfamidi berharap penerapan green energy ini selain mampu menekan pembiayaan pembayaran listrik bisa turut mewujudkan Indonesia yang bebas emisi dan polusi. Sehingga generasi masa depan bisa menikmati lingkungan Indonesia yang asri dan alami. Hal ini juga sejalan dengan komitmen Alfamidi yang fokus menerapkan bisnis berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia gencar mendorong pemanfaatan EBT untuk menurunkan emisi gas rumah kaca yang dituangkan dalam Enhanced Nationally Determined Contribution atau Dokumen Kontribusi Aksi Iklim. Dalam dokumen itu Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca dengan usaha sendiri dari 29 persen menjadi 32 persen. Lalu 43 persen melalui bantuan internasional yang sebelumnya 41 persen. Pemerintah juga menargetkan net zero emission tahun 2060 atau lebih cepat.